Saturday, August 16, 2008

Waspadai Leptospirosis yang di Sebabkan Oleh Tikus

Waspadai Leptospirosis yang di Sebabkan Oleh Tikus




Gambar : search from altavista

Tikus, dianggap penyebar leptospirosis

Jakarta - Penyakit leptospirosis disebabkan oleh tikus, kinivpenyakit leptospirosis menghantui korban banjir di Jakarta. Penyakit ini bisa menyebabkan kematian bila tidak cepat ditanggulangi. Untuk mencegah merebaknya penyakit ini Dinas Kesehatan DKI Jakarta mengimbau warga meminta antibiotik ke posko medis. Antibiotik ini akan diberikan gratis pada warga.

Wakil Kepala Dinkes DKI Jakarta dr Salimar Salim mengatakan, antibiotik cepat menuntaskan leptospirosis. “Kalau penanganannya telat, bisa menimbulkan kematian,” ujar Salimar.

Ia juga menyarankan agar warga tidak mengonsumsi bahan-bahan makanan yang terendam banjir. Kuman penyebab leptospirosis bisa tahan berminggu-minggu di air keruh. “Sebetulnya kumannya cepat mati kalau kena desinfektan. Tetapi kalau di air keruh bisa tahan berminggu-minggu. Agar tidak terkena, hati-hati waktu membersihkan sisa banjir,” tambahnya. Di RSUD Tarakan, paling tidak dua pasien positif terindikasi penyakit ini.
Penyakit ini disebabkan urine tikus yang masuk ke tubuh manusia melalui luka. Bila terinfeksi, maka seseorang akan demam tinggi dan nyeri sendi.

Penyakit ini disebabkan bakteri leptospira berbentuk spiral yang menyerang hewan dan manusia. Bakteri ini mempunyai ratusan serotipe. Nama-nama serotipe ini sebagian diambil dari nama penderita atau tempat di Indonesia, seperti, serotipe harjo, mankarso, naam, sarmin, djasiman, sentot, rachmati, paijan, bangkinang, dan binjei.

Selain disebarkan oleh tikus, juga bisa melalui tikus, babi, sapi, kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai. Tetapi untuk Indonesia, tikus adalah binatang penyebar lepstopirosis yang dominant.



Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui: permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata dan hidung. Bisa juga melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi setitik urine tikus yang terinfeksi leptospira, kemudian dimakan dan diminum manusia.

Urine tikus yang mengandung bibit penyakit leptospirosis dapat mencemari air di kamar mandi atau makanan yang tidak disimpan pada tempat yang aman. Sejauh ini tikus merupakan reservoir (sumber) dan sekaligus penyebar utama penyebab leptospirosis. Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasien.

Gejala

Penyakit ini ditandai demam menggigil, pegal linu, nyeri kepala, nyeri tenggorokan, batuk kering, mual, muntah, sampai mencret-mencret. Mirip dengan masuk angin. Sakit ini akan bertambah parahsehingga membuat penderita tidak sanggup duduk atau berdiri. Jika pada tahapan ini tidak diobati gejala bertambah parah dan tampak lebih khas.

Pada tahap selanjutnya, penyakit ini menyerang hati, pada stadium lanjut muncul gejala penyakit kuning. Kulit dan putih mata menjadi kekuningan, selain tampak pula mata merah layaknya sedang sakit mata. Demam, kuning dan mata merah, dianggap khas pada leptosprirosis . Adakalanya terjadi perdarahan. Bunyi para-paru abnormal, dan kemungkinan kulit meruam merah.


Selain komplikasi ke hati menimbulkan gejala penyakit kuning, komplikasi ke selaput otak menimbulkan gejala nyeri kepala, kejang-kejang, leher kaku, dan penurunan kesadaran. Komplikasi ke ginjal umumnya bersifat fatal. Angka kefatalan penyakit leptospirosis mencapai 5 persen, artinya 5 dari setiap 100 kasus bisa tewas.
Selain korban banjir, petani yang bekerja di sawah, pekerja perkebunan, pekerja rumah potong hewan, serta pekerja lain yang selalu kontak langsung dengan urine maupun jaringan hewan seperti dokter hewan, pekerja laboratorium, mantri hewan, juga rentan tertular.


Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 2,5 sampai 16,45 persen atau rata-rata 7,1 persen. Bahkan pada penderita berusia di atas 50 tahun, risiko kematian lebih besar, bisa mencapai 56 persen. Pada penderita yang sudah mengalami kerusakan hati yang ditandai selaput mata berwarna kuning, risiko kematian akibat leptospirosis lebih tinggi lagi.

Kuman leptospira ini mampu bertahan hidup bulanan di air dan tanah, dan mati oleh desinfektans seperti lisol. Maka upaya "lisolisasi" seluruh permukaan lantai, dinding, dan bagian rumah yang diperkirakan tercemar air kotor banjir yang mungkin sudah berkuman leptospira, dianggap cara mudah dan murah mencegah "mewabah"-nya leptospirosis.

Sumber : halamansatu.net

No comments:

Share on Facebook
Kata-kata Hikmah..! Jelang Pemilu, Jangan Golput ! Di Pemilu 2009